png_20220318_182322_0000

Sunnah Ekologi

Oleh: Aliasyadi*

Kebiasaan saya sejak beberapa tahun terakhir adalah menuliskan naskah untuk bahan khutbah Jum’at. Terkadang tulisan itu saya bagikan ke teman-teman yang meminta. Beberapa teman sesama khatib biasanya merequest tema khutbah untuk saya tulis. Sisi positif bagi saya, karena bukan hanya cepat mendapatkan ide, tetapi juga memaksa saya harus terus menulis setiap pekan.

Lalu kemarin, seorang teman dari pulau seberang mengirim pesan via whatsapp untuk dituliskan sebuah tema khusus sesuai dengan apa yang bisa dikhutbahkan di daerahnya. Awalnya saya mengira bahwa pasti tema khutbah yang cocok di bulan Rajab ini seputar Isra Mi’raj atau tentang keutamaan bulan Rajab.Ternyata, temanya cukup unik. “Hidup sehat dan bersih, No BABS (Jangan buang air sembarangan)”.  Saya lalu bertanya kenapa tema ini yang dipilih? Beliau bilang kalau pemerintah daerahnya sedang aktif menghimbau kampanye hidup sehat dan bersih, dengan tidak membuang air sembarangan, lewat mimbar-mimbar Jum’at. Wah, sebuah usaha kampanye yang cukup efektif dan praktis, pikir saya.  

Saya lalu mengiyakan dan pagi-pagi selepas menerima setoran hafalan al Qur’an santri-santri di pondok, saya mulai membuka laptop. Tak lama kemudian, tulisan berdurasi 15 menit telah jadi dan langsung saya emailkan ke teman tadi. Di antara poin tulisan saya bahwa Nabi dalam berdakwah tidak hanya mengubah masyarakat Jahiliyah dari penyembah politeisme menjadi monoteis, tapi Nabi juga mengubah gaya hidup mereka yang jorok dan kotor menjadi bersih dan sehat.

Di antara gaya hidup jorok Jahiliyah adalah membuang kotoran sembarang tempat. Ada beberapa hadis yang bisa membuktikan hal tersebut. Antara lain beliau bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : (( لا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لا يَجْرِي , ثُمَّ يَغْتَسِلُ مِنْهُ ))

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah salah seorang diantara kalian kencing di air yang tergenang yang tidak mengalir, lalu ia mandi darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Letak geografis daerah Nabi Shallallahu alaih wa sallam memberi gambaran kepada kita bahwa Nabi hidup di wilayah yang tidak memiliki sungai. Hanya lembah dengan beberapa bagiannya yang rendah. Saat hujan turun, sisa air hujan menggenang di tempat itu. Genangan ini membentuk semacam telaga kecil atau oase yang bisa digunakan airnya untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci dan memberi minum binatang peliharaan. Banyak di antara orang-orang yang datang ke tempat itu tidak menjaga kebersihan air. Sebagian kencing di tempat tersebut. Nabi selaku pemimpin (ulil amri) lalu menginstruksikan untuk mencegah hal tersebut.

Di hadis lain Nabi bersabda:

روى أبو داود أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: اتقوا الملاعن الثلاثة: البراز في الموارد، وقارعة الطريق، والظل.

Artinya: Abu Daud meriwayatkan Nabi bersabda: Hindari tiga sumpah serapah orang (untukmu) yaitu buang air tempat air, di jalan dan di bawah pohon.

Adapula yang membuang air di bawah pohon. Padahal pohon adalah tempat beristirahat para musafir atau tempat bermain anak-anak di wilayah itu. Jangan bayangkan ada hotel, penginapan yang dapat disewa di tempat dan di zaman Nabi. Seorang musafir hanya bisa menumpang istirahat apakah dengan bertamu di rumah warga atau dengan istirahat di jalanan. Dalam sirah Nabi diceritakan bahwa Nabi saat berdagang ke Syam bersama pamannya Abu Thalib beristirahat di bawah pohon dekat sebuah Sinagog Yahudi. Di sanalah kemudian beliau bertemu dengan rahib Bahira. Begitupun saat beliau menjadi duta dagang Khadijah bersama dengan Maesarah, keduanya diceritakan beristirahat sejenak di bawah pohon besar.

Semakin diteliti hadis-hadis dan sirah Nabi semakin membuktikan betapa beliau sangat berjuang untuk pemeliharaan lingkungan. Nabi bukan hanya pejuang akidah tapi beliau juga pejuang ekologi. Nabi bukan sekedar pejuang kemanusiaan tapi beliau pejuang kealaman.

Saya kebetulan hidup di pesantren. Slogan di pesantren adalah menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan utama dan pertama. Sunnah-sunnah Nabi banyak dihidupkan di pesantren. Tapi harus diakui bahwa sunah shalat, sunnah berzikir, sunnah berpuasa, sunnah mengaji, semunya berlomba-lomba dilakukan santri. Tapi saya belum bisa memastikan apakah semangat yang sama ditunjukkan santri dalam menghidupkan sunah ekologi.  Miris rasanya kalau pesantren rajin baca kitab kuning, tapi tak peduli sampah. Tidak lengkap rasanya bila santri pondok hafal bab thaharah (bersuci), tapi toiletnya masih bau najasah (najis). Kurang sunah rasanya bila santri rajin membersihkan qalbunya, tapi tak rajin menjemur kasurnya.

sedekah Jumat Berkah di Pesantren Anwarul Qur’an bebas sampah plastik

Pesantren Anwarul Qur’an yang kami bina di Palu berusaha menghidupkan sunah ekologi dengan mengajak santri konsisten melakukan pemilihan sampah, mengurangi pemakaian plastik, gaya hidup minimalis, dan hal lain yang berkaitan lingkungan bersih. Santri-santri didorong untuk membaca dan membahas materi-materi seputar cinta lingkungan. Seorang pengasuh pesantren kami ada yang jauh-jauh ke seminar internasional di Jawa Barat untuk berbagi pemikiran dan pengalaman tentang sedekah berbasis ekologi. Begitu pula seorang pengasuh yang saat ini kuliah S3 juga berazam untuk mengangkat isu ekologi dalam disertasinya.

Wassalam.

*Pimpinan Pesantren Anwarul Qur’an Palu

2 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *